Unpopular Opinion: Betapa “1 Kakak 7 Ponakan” dan “Home Sweet Loan” Jadi Film yang Terlalu Kapital

Menonton 1 Kakak 7 Ponakan usai menggayam Home Sweet Loan adalah kebetulan yang baik. Dua film yang membawa nuansa khas keluarga Indonesia itu terasa relate bagi mereka yang besar dari keluarga middle class worker. Saya tak menyebut kedua film itu kapital karena Indonesia sedang didera middle income trap . Hanya saja, in this economy, kelas menengah adalah ceruk pasar yang lagi digodok sineas lantaran jadi pasar empuk di Indonesia. Meski demikian, film yang dengan begitu adalah karya seni, dalam pandangan Marx adalah “komoditas ajaib” ( peculiar commodity ). Di era kapitalisme yang kian nyeni ini, ada pengalaman seni yang tak tertolak, ihwal standar penilaian yang bertaut dengan kondisi sosial yang happening di Indonesia. Film kadung besar dari persepsi sebagai wahana cerminan masa kini yang relevan. Khususnya film-film di Indonesia yang, secara industri berkembang untuk menceritakan masa kini ( being present ). Hingga, per “1 Kakak 7 Ponakan” dirilis, kapital tercipta dengan tanpa mem...