Postingan

Memoir of Me

Gambar
  Choices are a funny thing. An old, familiar road feels monotonous because it limits our opportunities. A new one seems intimidating because we don’t know where it will take us. Yet, a road is a road and if it remains untraveled, its mysteries will remain oblivious.   “Sometimes, unexpected turns lead to the most incredible places.” Whether things end up well or not, everything slowly fades away. In those fading moments, we want to believe that everything was destined and that there was nothing we could’ve done differently. But that’s simply our attempt at self-persuasion. We are guilty of continuing down the same, unfulfilling road, knowing that it doesn’t take us to the life we want to live. We shouldn’t justify our lack of choice for there is always a choice; we just don’t dare to take it. We are runners. We run away from our problems, live in denial and play the blame game. But we’re also fighters. We eventually come to face to face with our problems and fight them, ...

Aku Adalah si Ikan Dory

Gambar
    “Just keep swimming. Just keep swimming, swimming, swimming. What do we do? We swim, swim. When life gets you down, do you wanna know what you’ve gotta do? Just keep swimming!”      Tulisan ini memang ditulis saat hati sedang mellow-mellownya, sampai-sampai menonton film kartun ' Finding Dory '-pun diresapi, direnungi, dijadikan refleksi sebegitu jauh.       Akhirnya aku menemukan banyak kesamaanku dengan Dory, ikan biru pelupa di serial Film Nemo, selain dalam hal short-term-memory-nya.  Aku adalah manusia yang masih suka bingung, kadang kala mengambil keputusan tanpa pertimbangan, tapi terkadang juga terlalu lama mempertimbangkan sampai tidak segera diputuskan, bisa tiba-tiba sedih maupun tiba-tiba bahagia,  semangat yang naik dan turun, mood yang bisa berubah drastis dalam hitungan jam, dan sialnya punya banyak  kekurangan   sana-sini. Just like Dory . Awalnya  aku kewalahan. Aku melunturkan percaya atas dirik...

Unpopular Opinion: Betapa “1 Kakak 7 Ponakan” dan “Home Sweet Loan” Jadi Film yang Terlalu Kapital

Gambar
Menonton 1 Kakak 7 Ponakan usai menggayam Home Sweet Loan adalah kebetulan yang baik. Dua film yang membawa nuansa khas keluarga Indonesia itu terasa relate bagi mereka yang besar dari keluarga middle class worker. Saya tak menyebut kedua film itu kapital karena Indonesia sedang didera middle income trap . Hanya saja, in this economy, kelas menengah adalah ceruk pasar yang lagi digodok sineas lantaran jadi pasar empuk di Indonesia. Meski demikian, film yang dengan begitu adalah karya seni, dalam pandangan Marx adalah “komoditas ajaib” ( peculiar commodity ). Di era kapitalisme yang kian nyeni ini, ada pengalaman seni yang tak tertolak, ihwal standar penilaian yang bertaut dengan kondisi sosial yang happening di Indonesia. Film kadung besar dari persepsi sebagai wahana cerminan masa kini yang relevan. Khususnya film-film di Indonesia yang, secara industri berkembang untuk menceritakan masa kini ( being present ). Hingga, per “1 Kakak 7 Ponakan” dirilis, kapital tercipta dengan tanpa mem...

Hari Ibu: Memahami Bagaimana Ibu Mengatakan Cinta

Gambar
 Tidak. Ibu tidak pernah mengatakan “aku mencintaimu, nak” atau “aku sayang padamu.” Aku tidak dibesarkan dengan love language seperti itu. Bahkan seingatku, aku tidak pernah benar-benar mendapati Ibu mengatakan kata-kata manis seperti itu kepadaku. Sebabnya, aku tumbuh dan menganggap hal-hal semacam itu sesuatu yang langka. Atau dengan kata lain, aku tidak pernah terpikir untuk mengucapkan hal-hal seperti itu kepada Ibu, seperti halnya dia tidak pernah mengatakannya kepadaku. Namun itu bukanlah suatu hal yang buruk. Aku tidak merasa kekurangan sama sekali meskipun tidak pernah mendengar Ibu mengucapkan hal-hal semacam itu kepadaku. Justru, aku selalu merasa senang ketika menyadari bahwa Ibu selalu mengatakan cintanya dengan bahasa yang lain. Bahasa yang membuatku selalu percaya bahwa selalu ada puisi di setiap kata dan tindakan Ibu. “Kau sudah makan?” Kupikir itu salah satu dari beberapa cara lain Ibu mengatakan cinta kepadaku. Sederhana, tapi hanya orang-orang yang benar-benar pe...

P3K: Pertolongan Pertama Pada Kehilangan

Gambar
  Pada 1621, Robert Burton menulis buku berjudul The Anatomy of Melancholy . Buku ini membahas tentang melankoli, keadaan sementara yang muncul dan pergi pada setiap emosi negatif manusia. Emosi seperti kesedihan, duka, penyakit, masalah, ketakutan, kesedihan, kegelisahan pikiran, segala jenis kekhawatiran, ketidakpuasan, atau pemikiran yang menyebabkan penderitaan, kehampaan, keberatan dan kegelisahan batin, dengan cara apa pun yang bertentangan dengan kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan, kesenangan, menyebabkan ketidakpuasan dalam diri kita. Berabad kemudian Melankoli yang dibahas Burton berkembang, menjadi satu disiplin gaib serius, yang mencoba membedah perasaan dan jiwa manusia, persimpangan antara psikologi dan kedokteran, yang kemudian dengan sangat terstruktur dan serius dibahas oleh dokter ilmu saraf dan psikolog: Apa yang membuat manusia bersedih? Bagaimana perasaan bekerja? Dan mengapa manusia berduka? Kesedihan adalah bagian dari pengalaman menjadi manusia. Selama bera...

How I see 1965 Tragedy through 'Pulang' By Leila S. Chudori

Gambar
 ' Pulang ', karya penulis dan jurnalis senior tanah air, Leila S. Chudori. Buku ini kupinang setelah membaca masterpiece beliau yang sampai kini masih nangkring di rak best-seller Gramedia 'Laut Bercerita'. Buku yang diterbitkan pertama kali pada 2012, kubeli di 2022, tamat di 2023 dan kubaca ulang dan kutulis reviewnya di 2024. It is better late than never tho. PULANG Satu kata yang identik dengan budaya Indonesia. Kembali ke rumah, bersua bersama keluarga, kembali ke tempat penyimpanan segundang kenangan, tempat yang menjanjikan perasaan nyaman, hangat dan aman. Bagi sebagian orang memang Pulang menjadi aktivitas biasa, rutinitas belaka. Namun bagi beberapa orang, Pulang adalah kegiatan sakral. Mungkin karena terpisahkan jarak di tanah perantauan atau satu dua hal lain yang membuatnya sangat istimewa.  Begitu pula bagi tokoh utama buku ini. Rupanya tidak semudah itu melakukan aktivitas pulang bagi Dimas Suryo dan putrinya, Lintang Utara. Bagi Dimas, pulang berarti b...

Nora Seed & Her Multiple Lives: Matt Haig’s The Midnight Library

Gambar
 The imbalance of a hundred life chances and one life attempt. Back in the end of 2023, I found an interesting book recommendation on Goodreads. It’s Matt Haig’s piece of work, titled “The Midnight Library”. I feel curious after I read the synopsis, so I spare my time to read it. It took months for me to finish the book, I started reading it around December till May 2024. It has been so long for not reading novel written in English. At first, I was kind of having a hard time to understand Matt’s choice of vocabulary. But as time goes by, I’m getting used to it. The ambience I feel every time I read it is like a melancholy, gloomy day. As if standing in a room with dim lights. Long story short, this fantasy novel presents a woman named Nora Seed who lived in Bedford, England. According to what I read, she gave up her life cause everything within it doesn’t work out for her. She lost her job, divorced her partner. She blamed herself and regret everything that happened in her life, un...