Aku Adalah si Ikan Dory


 

 “Just keep swimming. Just keep swimming, swimming, swimming. What do we do? We swim, swim. When life gets you down, do you wanna know what you’ve gotta do? Just keep swimming!”


    Tulisan ini memang ditulis saat hati sedang mellow-mellownya, sampai-sampai menonton film kartun 'Finding Dory'-pun diresapi, direnungi, dijadikan refleksi sebegitu jauh. 

    Akhirnya aku menemukan banyak kesamaanku dengan Dory, ikan biru pelupa di serial Film Nemo, selain dalam hal short-term-memory-nya. Aku adalah manusia yang masih suka bingung, kadang kala mengambil keputusan tanpa pertimbangan, tapi terkadang juga terlalu lama mempertimbangkan sampai tidak segera diputuskan, bisa tiba-tiba sedih maupun tiba-tiba bahagia,  semangat yang naik dan turun, mood yang bisa berubah drastis dalam hitungan jam, dan sialnya punya banyak kekurangan sana-sini. Just like Dory. Awalnya aku kewalahan. Aku melunturkan percaya atas diriku sendiri dan membawaku dalam kurungan yang kubangun sendiri. Lingkaran setan berjudul insecurity yang kujadikan alasan untuk menunda bertumbuh. 

     Namun, semakin aku mengenali diriku sendiri, aku semakin merasa bahwa begitulah caraku untuk terus berenang dan menjadi diriku. Aku memilih mengerti bahwa ada saatnya aku membenamkan diri dan ada saatnya aku kembali bangkit. Ada saatnya aku bersembunyi di balik terumbu karang, ada saatnya aku bermain bersama Nemo, Hank, Gill bahkan Marlin. Ada saatnya aku mengikuti arus laut, ada saatnya aku menjauhi pusaran. Aku memilih kembali mengerti dan mengenali diriku lebih baik lagi. Aku memilih memberikan diriku welas asih sepenuhnya. Menumbuhkan lebih banyak cinta untuk diriku dan memekarkannya dengan pupuk, air, sinar matahari yang mengitariku. Aku memilih menyadari bahwa memang aku punya segudang kekurangan sembari mencari jalan berbenah diri. Aku berhak untuk istirahat sebab aku perlahan memahami kapasitas diriku. Aku perlu tahu batasan kapan aku berhenti untuk ambil nafas, kapan aku siap lagi untuk tancap gas. Aku memulai untuk tidak menyerah dengan diriku sendiri, saat orang lain mungkin melakukannya.

    Dari ikan Dory aku belajar bahwa, walaupun hati dan otak amburadul berantakan chaos mampus, bahagia tetap bisa berjalan seiringan. Layaknya Dori, si-ikan tersesat yang tetap bisa tersenyum sumringah. Aku menyadari bahwa akulah yang berhak sepenuhnya atas apa yang kufikirkan dan apa yang kurasakan. I am the main character and Allah is the director.  Jadi sebenarnya perasaan senang dan bahagia bisa dikondisikan sendiri. Memilih untuk memikirkan hal-hal yang masih dalam kendaliku. Selebihnya, pasrahkan saja. I don't need to  worry about that.  

    Aku sering merefleksikan bahwa connection itu benar adanya. Dan aku percaya. Aku percaya koneksi seperti rasa percaya Dori kepada Marlin, bagaimana Mr. Crush begitu meyakini arus laut. Aku percaya energi yang tulus. Aku percaya siapapun orang baik yang berada di sekelilingku. Sebab energi mereka turut menghidupi dan membersamaiku dengan welas asih. Membuatku tumbuh menjadi aku yang agaknya lebih tangguh dari versi sebelumnya.

aku menyerahkan diriku pada kemurahan hati Allah, Sang Pencipta. aku biarkan Ia membawaku pada perjalanan luar biasa lainnya. perjalanan yang makin memberikan diriku pelajaran kehidupan, begitupun perjalanan keimanan. Aku mengizinkan diriku terlahir lagi dan lagi. Untuk menyelam lebih dalam, ke dalam diriku sendiri.

Komentar

  1. Curahan hati yg mengagumkan, seperti banyak pelajaran hidup yg bisa diambil dan i love the part about the words "i am the main character and allah is the director", karena manusia hanya bisa memilih dan memutuskan entah itu nanti mengarah kemana, selebihnya atas kehendak allah yg sudah ditakdirkan sedariawal

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Ibu: Memahami Bagaimana Ibu Mengatakan Cinta

Unpopular Opinion: Betapa “1 Kakak 7 Ponakan” dan “Home Sweet Loan” Jadi Film yang Terlalu Kapital