Hari Ibu: Memahami Bagaimana Ibu Mengatakan Cinta
Tidak. Ibu tidak pernah mengatakan “aku mencintaimu, nak” atau “aku sayang padamu.” Aku tidak dibesarkan dengan love language seperti itu. Bahkan seingatku, aku tidak pernah benar-benar mendapati Ibu mengatakan kata-kata manis seperti itu kepadaku.
Sebabnya, aku tumbuh dan menganggap hal-hal semacam itu sesuatu yang langka. Atau dengan kata lain, aku tidak pernah terpikir untuk mengucapkan hal-hal seperti itu kepada Ibu, seperti halnya dia tidak pernah mengatakannya kepadaku.
Namun itu bukanlah suatu hal yang buruk. Aku tidak merasa kekurangan sama sekali meskipun tidak pernah mendengar Ibu mengucapkan hal-hal semacam itu kepadaku. Justru, aku selalu merasa senang ketika menyadari bahwa Ibu selalu mengatakan cintanya dengan bahasa yang lain. Bahasa yang membuatku selalu percaya bahwa selalu ada puisi di setiap kata dan tindakan Ibu.
“Kau sudah makan?” Kupikir itu salah satu dari beberapa cara lain Ibu mengatakan cinta kepadaku. Sederhana, tapi hanya orang-orang yang benar-benar peduli yang sering menanyakan hal semacam itu. Meskipun sebetulnya, dua remaja yang saling jatuh cinta juga kadang menanyakan hal-hal semacam itu dalam percakapan mereka.
Kadang pula, tanpa kuminta Ibu selalu membuatkan makanan kesukaanku. Aku ingat, dulu ketika aku tinggal di pesantren, setiap kali aku ingin berangkat meninggalkan rumah dalam waktu yang cukup lama, Ibu selalu menyempatkan membuatkan sambal terong, untukku. Sebab aku selalu bercerita padanya bahwa aku selalu merindukan sambal buatannya ketika aku hanya bisa makan seadanya di pesantren.
Ada begitu banyak bentuk cinta ibu yang dulu luput kusadari. Ibu yang mengusahakan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya di tengah ekonomi yang pas-pasan. Masih kuingat betul, setiap Ibu mendapatkan rezeki lebih, akan menyisihkan untuk membelikanku buku baru. Ah, aku rindu masa-masa itu.
Kupikir untuk mencatat semua kata cinta dari Ibu, tak akan ada habisnya. Selalu ada cinta di setiap perkataan dan tindakannya. Selalu ada kasih di balik kecerewetan ibu saat anak gadisnya ini terlambat pulang. Meskipun dia tidak mengucapkannya secara langsung dan jelas, tapi aku senang bisa memahaminya.
Namun di antara semua itu, aku sadar dan merasa sangat beruntung mendapatkan kasih sayang semacam itu dari Ibu ketika dia mengatakan, “Aku selalu mendoakanmu yang terbaik.” Kupikir itu adalah kata cinta yang paling jelas yang pernah kudengar diucapkan oleh Ibu kepadaku. Saat Ibu memanjatkan doa untuk putrinya di setiap sholatnya, di sepertiga malamnya. Di situlah aku merasakan betul kasih seorang ibu.
Di hari ini, 22 Desember, orang-orang ramai memposting foto bersama ibunya, memberikan kejutan beserta kata-kata romantis. Yang bisa kulakukan hanya seharian mengambil alih pekerjaan-pekerjaan rumah, supaya ibu tidak lelah. Kemudian mengajaknya mencicipi kuliner baru di malam hari. Sayangnya, hari ini Ibu sedang sakit gigi. Ah tidak ada hal spesial yang bisa kulakukan untuk merayakan hari ibu.
Namun, bagiku, setiap hari adalah hari ibu. Memang aku tidak bisa berucap manis layaknya anak-anak lain. Namun kupastikan beliau ada dalam setiap doaku, dalam setiap tawassulku. Akan kuusahakan untuk jadi anak yang bisa diandalkan kapanpun dibutuhkan. Selalu kuusahakan untuk menjadi perempuan pemberani dan independen seperti yang beliau ceritakan.
Namun, memang benar apa yang dikatakan guruku, "Birrul walidain itu susah", bakti kepada orangtua itu berat. Maafkan anakmu ini yang terkadang masih mengeluh saat kau beri tugas. Maafkan anakmu ini yang terkadang masih suka beralasan. Maafkan putrimu ini yang belum bisa membuatmu bangga.
Selamat hari ibu untuk perempuan yang telah melahirkanku, membesarkanku, mendidikku dan akan selalu menjadi role modelku. Wishing all the good prayers for you. Thank you for always being at my side. Love you to the moon and back💓
Komentar
Posting Komentar