Juli ke Dua Puluh Lima
Saya menulis ini sebagai pengingat bahwa hidup akan terus berjalan dengan umur yang selalu beriringan, selalu ada hal yang saya dapati tiap tahunnya, dan selalu ada yang hilang dari saya tiap tahunnya, dan itu tak apa. Hidup adalah pertarungan melawan ego sendiri. Pengalaman baru, ketidaktahuan pada satu hal, encok di punggung, dan hal-hal lainnya, yang mungkin akan saya rasakan ketika bertambah umur.
Di umur yang bertambah keinginan untuk meraih sesuatu mungkin akan menipis. Terlalu idealis kadang juga merepotkan dan menjadi skeptis terkadang diperlukan. Banyak hal yang saya pikir tak usah diperdebatkan terlalu panjang. Pemikiran menjadi lebih sederhana, dan hal-hal yang dulu diperjuangkan menjadi biasa saja. saya pikir itu hanyalah fase dalam hidup.
Perkara melawan diri sendiri begitu juga perkara melawan waktu, memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang terjadi ternyata perlu, terkadang merasa insecure, terkadang merasa tak berguna dan tak layak, melihat pencapaian seseorang diumur yang sama mungkin akan membuat kita merasa kian tak berarti. Tapi saya pikir kita bisa hidup, bisa sehat, dan menunaikan kewajiban sebagai hamba kepada tuhannya itu adalah capaian tersendiri.
Hidup akan punya cerita dan deritanya masing-masing, yang diperlukan mungkin adalah bentuk syukur menjalani hidup tersebut. Bagi saya, bentuk syukur paling paripurna adalah berterimakasih atas apa yang ada, dan merasa cukup. Terlihat mudah, tapi tidak dengan praktiknya. Nyatanya banyak hal-hal yang sering luput dari kesadaran untuk disyukuri.
Yang sulit bagi saya adalah merasa cukup, Bapak selalu bilang bahwa hidup itu harus merasa cukup, cukup terhadap diri sendiri, cukup terhadap apa yang ada. Akan selalu ada langit di atas langit. Merasa cukup dan mensyukurinya jadi pelajaran hidup yang harus terus dan terus saya pelajari.
Setiap tahunnya, saya terus belajar mengenal diri sendiri. Mengenali diri ternyata adalah proses yang tidak ber-ending. People change, so do I. Mungkin karena sejatinya manusia adalah entitas yang dinamis, berubah-ubah. Bukan karena tidak konsisten, melainkan perjalanan waktu dan pengalaman baik maupun buruk yang telah dilewati, perlahaan akan merubahnya. Dulu, saya kira saya tidak suka durian. Mencium aromanya saja bisa membuat perut mual, kepala pusing. Tapi setelah mengenali diri lebih jauh, ternyata yang tidak saya sukai hanyalah aromanya, rasanya masih bisa ditolerir lidah. Perkara perut mual tenyata bisa diakali dengan sugesti. Begitupun perubahan-perubahan lainnya.
Setahun terakhir ini juga saya belajar untuk mengenali apa itu toleran. Jika saya merasa tersakiti oleh orang lain, mungkin secara tidak sadar saya juga melakukan hal yang sama. Sakit hati, tersinggung, kecewa, marah dan banyak lainnya dasarnya hanyalah konsekuensi dari eksistensi manusia. Saya lebih belajar mengkritisi diri sendiri, mencari jalan untuk bisa menghilangkan sikap buruk. Mulai banyak bergerak agar bisa lebih sehat, lebih sehat jasmani dan rohani. Selagi badan beraktivitas, pikiran akan fokus dengan apa yang sedang dilakukan, alih alih berkelana memikirkan hal yang sebenarnya tak begitu perlu untuk dipikirkan.
Saya juga menjadi lebih berhati-hati terhadap apa yang saya masukkan ke dalam perut. Saya sadar bahwa tak semua asupan bisa membuat tubuh ini pulih dan baik-baik saja. Saya tidak lagi sering-sering makan bakso, makanan favorit sejuta umat karena dibayang-bayang kolestrol. Coklat dan ice cream yang dulunya jadi pelarian saat mood berantakan juga mulai dikurangi, sayang gigi. Sebelumnya, air putih hangat jadi opsi terakhir saat haus, kini perlahan dibiasakan, karena agaknya membuat tubuh lebih enteng, apalagi diminum pagi hari.
Semoga habit journaling juga bisa istiqomah dilakukan. meskipun hanya tiga sampai empat kali seminggu, rupanya bisa membantu mengorganisir otak yang cukup punya banyak tab terbuka di dalamnya. Afirmasi-afirmasi kepada diri sendiri, harapan-harapan kecil, to-do-list, sampai movie to watch ataupun book to read moga-moga bisa terus konsisten dicatatkan.
Saya berharap tahun ini saya terus bisa membahagiakan diri sendiri, selalu tetap kuat, tetap punya harapan bahwa besok akan lebih baik lagi, semakin bertambah imannya supaya tidak lagi ada perasaan gamang, dan pandai-pandai bersyukur atas apa yang sudah Allah berikan. Terkadang keadaan selalu punya caranya sendiri untuk membuat kita bisa belajar dan bersyukur. Dan hari ini saya bersyukur akan banyak hal.
- Saya masih hidup.
- Punya keluarga suportif.
- teman-teman baik.
- Murid-murid yang baik.
- Mampu memaafkan diri sendiri.
- Mau menyadari kesalahan sendiri.
- Masih banyak bahan untuk bercanda.
- Punya BPJS dan asuransi kesehatan.
- Hidup cukup.
- Punya tabungan.
- Masih suka baca buku.
- Morning person.
- Masih suka menulis.
- Berpergian sendiri
- Tinggal di desa.
- Doa ibu.
- Masih suka belajar.
- Spotify.
- Bakso solo.
- Sop buatan ibu.
- Ayam geprek sambal bawang buatan ibu.
- hook pen nyaman buat merajut.
- Mie indomie jumbo rasa ayam kecap.
- shopee food.
- Memaafkan mereka yang bersalah.
- Joke lucu di Twitter.
- Melamun.
- Stiker bapak-bapak.
semoga itu cukup dan selamat ulang tahun.
diri sendiri.
Komentar
Posting Komentar