Perjalananku Menemukan Cara Mencintai Diriku

"Bagaimana kau akan mencintai orang lain jika mencintai dirimu sendiri saja tidak bisa"

    Entah di mana aku pertama kali menemukan kalimat itu. Kalimat yang rasa-rasanya sulit untuk kutelan utuh. Karena, bagaimana bisa aku menyayangi orang lain? Sedangkan mencintai diriku adalah hal yang kurasa paling sulit kulakukan.

    Seseorang pernah bertanya padaku tentang apa yang kucintai dari diriku, kelebihan apa yang aku miliki menurutku. Tapi aku bergeming. Aku berusaha mencari-cari kata-kata baik untuk menggambarkan diriku, tapi tidak pernah bisa aku temukan. Dan semua kata-kata yang orang lain susun tentang hal-hal apa yang mesti aku cintai dari diriku terasa asing di dalam telingaku sendiri.

    Jika kita kembali pada kalimat bijak kata mereka tentang ke-tidak-bisa-an untuk mencintai orang lain, sebelum mencintai diri sendiri, maka kesimpulannya adalah aku tidak pernah bisa mencintai orang lain. Begitu, kan?

But, guess what?

I did it anywayAnd I hope I’ll do it again over and over.

    Dalam ketidakbisa-anku mencintai diri sendiri, aku menemukan cinta pada wajah teman-temanku; atas kebaikan apapun yang mereka lakukan. Terlebih kepada teman-teman bertahan di sisiku hingga sekarang. Mereka yang memberikan tawa receh, yang menyemangati, yang mendoakan, dan berbagai bentuk kepedulian yang berbeda-beda. God, bless them!

    Melanjutkan perjalanan ke dunia pendidikan pun membawaku untuk sukarela memberikan hatiku pada tiap jiwa yang ada di dalam kelas. Kepada setiap anak yang kutemui di dalam atau di luar kelas, kepada setiap anak yang membagikan sedikit kisah tentang hidup mereka, kepada setiap anak yang bahkan tidak suka dengan pelajaran yang aku bawa ke hadapan mereka. 

    Dan tidak perlu waktu lama bagiku untuk terharu dan berkaca-kaca setiap kata tentang keluarga muncul ke permukaan. Betapa aku harap mereka memiliki seluruh kebahagiaan di dunia.

    Belum lagi guru-guruku yang telah membimbingku hingga saat ini. Bagaimana aku tidak mencintai mereka? Mereka adalah orang-orang yang berilmu yang ketika ilmunya semakin bertambah, justru semakin tercemin perilaku yang rendah hati. Mereka yang memberi banyak pelajaran kehidupan. 

    Bagaimana bisa aku tidak mencintai mereka, meski aku belum bisa mencintai diriku secara utuh?

    Dalam hampir 25 tahun perjalanan hidup ini, akhirnya aku menemukan cara untuk mencintai diriku sendiri, bersamaan dengan perjalanan aku mencintai orang lain. Sekarang akhirnya aku menyadari bahwa Yang Maha Menguasai Semesta saja begitu mencintai diriku dengan mengirimkan orang-orang baik dalam hidupku, kenapa aku yang tidak memiliki apa-apa ini dan bukan siapa-siapa ini begitu angkuh untuk tidak memaafkan dan tidak mencintai diriku sendiri? 

    Gelombang kesyukuran itu membasuhku seutuhnya. Aku belajar mencintai diriku sebagai bukti aku begitu mencintai Pencipta yang menciptakanku. Aku juga sudah berdamai dengan ke-tidak-sempurnaan, kekecewaan dan kegagalan. Mereka adalah bagian dari perjalananku.

    Aku berterima kasih juga pada diriku yang dulu atas tindakan berani untuk mencintai orang lain, meski di saat aku kesulitan mencintai diriku sendiri. Kini, yang aku lakukan adalah untuk tidak lagi membeda-bedakan cinta mana yang untuk orang lain, cinta yang mana untuk diriku sendiri. Kini aku belajar melakukan keduanya, seutuhnya.

Jika kau masih belum mencintai dirimu sendiri, tidak ada salahnya tetap menebar kasih dan sayang pada sesama, kan? Tidak ada salahnya berbuat baik, meski kau rasa dirimu belum baik. Tidak ada salahnya untuk tersenyum, meski hatimu masih terluka. Tidak ada salahnya menyalakan cahaya bahagia pada diri orang lain, meski kau rasa bahagiamu sendiri saja belum utuh adanya. Tidak ada salahnya melakukan urutan-urutan kehidupan berbeda dengan orang lain. Tidak ada salahnya.



Komentar

  1. aaa mba faizz izin mampir di blog nyaa, nyaman banget baca tulisannya huhu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Ibu: Memahami Bagaimana Ibu Mengatakan Cinta

Unpopular Opinion: Betapa “1 Kakak 7 Ponakan” dan “Home Sweet Loan” Jadi Film yang Terlalu Kapital

Aku Adalah si Ikan Dory